Wisuda. Kata itu tak
pernah sedikitpun terlintas ataupun terbesit dalam benak saya. Terlebih saat
itu adalah waktu dimana masa perkuliahan dimulai. Euforia menjadi anak kuliahan
benar-benar terasa. Masa-masa inilah yang banyak ditunggu oleh para remaja yang
akan berpetualang mencari jati diri.
Namun euforia itu tak
lagi terasa ketika saya memulai perkuliahan. Mengapa? Karena ternyata saya
harus berkuliah menggunakan seragam. Bahkan seragam atasan kemeja putih dan
bawahan rok hitam, sebagai tanda bahwa semester satu adalah masa orientasi.
Tetapi apalah daya, itu konsekuensi karena saya memilih untuk kuliah di akademi
kebidanan. Tepatnya di Akademi Kebidanan Mardi Rahayu Kudus.
Dan perasaan bangga itu
terus berlanjut. Terlebih ketika memasuki akhir semester dua. Dimana itu adalah
waktu memasuki dunia nyata atau lapangan kerja. Saya dan teman-teman terjun
langsung ke tatanan nyata yaitu rumah sakit. Saya bangga ketika saya bisa
membantu mereka yang sedang sakit. Mereka sangatlah menghormati dan menghargai
saya dan teman-teman meskipun kami hanyalah praktikan.
Waktu pun berjalan,
hingga saya memasuki tingkat dua. Itulah masa-masa “berat” dimulai. Disitu saya
harus berkutat dengan tugas yang bejibun. Mungkin bagi sebagian orang awam akan
mengira bahwa kuliah di kebidanan sangatlah menyenangkan dan membanggakan,
tanpa mereka tahu bahwa kuliah di kebidanan justru memiliki tantangan yang luar
biasa. Termasuk dalam hal tugas. Hampir setiap hari selalu ada saja tugas
makalah. Baik individu maupun kelompok. Belum lagi presentasi, praktikum di laboratorium
dan juga role play. Disitulah akhirnya saya berpikir bahwa ternyata kuliah di
kesehatan tidak semudah yang dibayangkan.
Akan tetapi, nampaknya
rintangan dan tantangan itu tak pernah lelah terus mendera kehidupan. Mereka
selalu saja unjuk taring di setiap langkah manusia. Ya, saya kembali menemukan
tantangan. Ketika memasuki tingkat akhir. Mungkin ini juga dirasakan oleh
sebagian atau hampir semua mahasiswa yang berada di tingkat akhir. Apalagi
kalau bukan Laporan Tugas Akhir? Atau skripisi bagi mereka yang S1 (Strata-1).
Hal itu seringkali menjadi momok yang akhirnya membuat kelulusan mereka
tertunda.
Laporan tugas akhir
saya ini berbeda. Laporan ini tidaklah hanya berupa penelitian yang terdiri
dari lima bab. Tetapi berupa laporan perjalanan seorang ibu dimulai ketika ia
hamil hingga memasuki masa KB atau pemakaian alat kontrasepsi, yang lebih
dikenal dengan “Comprehensive Mother Care”. Bisa anda bayangkan seberapa banyak
laporan yang harus saya susun. Mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir hingga masa KB. Laporan yang saya susun itu berjumlah 25 bab. Karena
di masing-masing tahapan mulai dari hamil sampai KB berisi 5 bab.
Melelahkan bukan? Saya
harus rajin mengontrol kesehatan ibu dan si calon buah hati. Saya harus terus
memperhatikan kehamilannya agar tetap terjaga dengan baik hingga sampai pada
waktunya persalinan. Namun lagi-lagi yang menjadi masalah disini adalah waktu.
Karena selama tingkat akhir ini, tugas saya tidak hanya untuk mengurus si ibu
yang menjadi target penulisan laporan tugas akhir tetapi juga masalah praktik.
Sebab selama tingkat akhir ini masih banyak praktik-pratik dan ujian-ujian yang
harus saya jalani. Mulai dari di rumah sakit, di puskesmas dan juga PKL
(Praktek Kerja Lapangan) di desa. Dimana di masing-masing praktik itu juga
memiliki beban tugas masing-masing.
Namun demi
tersandangnya gelas Ahli Madya Kebidanan, saya tetap menjalani itu semua.
Perjuangan saya kurang sebentar lagi. Pratik demi praktik pun akhirnya bisa
saya lalui dengan baik. Ujian demi ujian pun terlewati. Mulai dari ujian ANC,
phantom hingga ujian tahap.
Sedikit demi sedikit
lorong menuju garis akhir itu mulai terlihat. Toga seolah sudah melambai-lambai
di depan sana. Hal ini membuat saya semakin bersemangat. Perjuangan saya selama
ini akan segera terbayarkan dengan gelar yang akan saya sandang.
Tepat tanggal 1 Juli
2015, saya manju untuk sidang laporan tugas akhir. Setelah melalui tahap
konsultasi dengan dosen pembimbing yang cukup panjang. Akhirnya laporan tugas
akhir berhalaman 435 lembar ini bisa saya selesaikan tepat pada waktunya. Dan
berkat pertolongan Tuhan, saya mampu melewati sidang itu dengan baik dan
memperoleh nilai yang cukup memuaskan.
Apakah sudah berakhir?
Nampaknya belum. Meskipun secara institusi semua tugas dan ujian sudah saya
tempuh dan sudah terselesaikan namun masih ada satu hal lagi yang tidak boleh
dilupakan. Yakni Uji Kompetensi Bidan Indonesia (UKBI). Ujian yang
diselenggarakan oleh pusat sebagai syarat untuk lulusan bidan memperoleh STR
(Surat Tanda Regsitrasi). Dimana ujian itu diselenggarakan tanggal 5 September
2015 kemarin.
Ketika semua itu telah
berakhir, tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan, WISUDA! Hari
itu tepat tanggl 22 September 2015, saya resmi mendapatkan gelar Am.Keb. Gelar
yang ditunggu-tunggu melalui proses yang panjang dan terjal. Toga yang kemarin
hanya melambai-lambai di depan mata, kini dengan anggun saya sandang. Terlebih
ketika nama saya dipanggil untuk mendapatkan penghargaan lulusan terbaik dengan predikat cumlaude.
Terimakasih Tuhan,
terimakasih papa dan mama terimakasih kalian semua yang sudah membantu saya
hingga mimpi ini dapat terwujud. Apa yang sudah saya raih tak akan bisa
setinggi ini jika tanpa kalian. Dan inilah saya, sang bidan junior yang sedang
merajut asa menuju pribadi yang lebih bermakna. Jaya Bidan Indonesia!
Salam