Saturday, November 28, 2015

Inilah Saya, Penulis Amatir Implikasi dari Hobi

Berawal dari hal sederhana. Ketika saya merasa sepi, butuh tempat untuk meluapkan emosi dan mencurahkan isi hati. Tapi apa daya, sekeliling saya hanyalah tembok-tembok berbentuk persegi yang seolah hanya menatap kasian. Akhirnya saya iseng menulis beberapa rangkaian kata yang akhirnya membentuk kalimat, kemudian terangkai menjadi paragraf hingga menjelma menjadi suatu rentetan cerita yang cukup mewakilkan apa yang sedang saya rasakan. Sungguh simple. Dari situ entah mengapa saya menjadi ketagihan. Ketika waktu luang dan tugas-tugas sekolah sudah terselesaikan, saya kembali merangkai cerita yang akhirnya menjadi suatu karya sederhana yang cukup mengesankan menurut saya. Ingat, ini menurut saya. Karena bagi saya akibat sentuhan tangan saya semua itu terwujud.

Awalnya hanya beberapa cerpen dan puisi. Akhirnya karena saya terlalu asik menikmati aktifitas ini, cerita-cerita yang saya susun bertambah banyak. Kini sudah puluhan cerpen yang saya tulis, padahal idenya sepele yaitu berasal dari pengalaman pribadi atau terinspirasi dari hal-hal yang pernah saya baca atau lihat.

Dari cerpen berkembang menjadi novelet hingga menghasillkan novel. Ajaib saya pikir. Ternyata saya mampu juga menghasilkan karya yang fenomenal. Tapi kembali lagi, ini menurut saya. Karena sungguh luar biasa, saya yang awalnya hanya iseng ternyata bisa menghasilkan karya sendiri. Karena saya rasa tidak afdol jika hanya saya saja yang membaca akhirnya saya iseng ikut semacam kompetisi di sosial media. Kompetisi ini tentang peluncuran buku antologi yang membutuhkan cerpen-cerpen pilihan untuk masuk di dalamnya. Dan puji Tuhan, ada beberapa cerpen saya yang masuk. Meski hadiahnya tidak seberapa (hanya sekedar potongan harga bila menerbitkan atau membeli buku dan sertifikat dari sang penerbit) karena itu bersifat self publisher tapi cukup membuat saya sedikit bangga karena setidaknya karya saya bisa dibaca oleh orang banyak.

Dari cerpen beralih ke novel. Karena saya juga ingin supaya karya yang sudah berlembar-lembar saya tulis mangkrak begitu saja akhirnya saya juga iseng untuk menerbitkannya. Meski belum berani ke penerbit mayor. Saya berinisiatif untuk ke penerbit indie terlebih dahulu. Akhirnya 2 novel berhasil. Puas rasanya. Tapi saya masih ingin ada novel-novel lain yang bisa merambah ke penerbit mayor.
Bila dipikir-pikir, sebenarnya menulis bukanlah hal yang saya sukai. Tapi entah mengapa perlahan-lahan saya menemukan kenyamanan tersendiri ketika menulis. Karena bagi saya, ketika menulis saya bisa menjadi apa pun yang saya inginkan dan saya juga bersanding dengan siapapu yang saya mau. Saya bisa menjadi bak sutradara yang menentukan bagaimana alur dan ending cerita. Saya juga bisa mengungkapkan ekpresi tanpa harus koar-koar, melainkan hanya duduk manis di depan laptop dan berselancar ke dunia imajinasi.


Nah, itu sekelumit tentang sisi lain dari diri saya. Ini hobi saya, apa hobimu?


Salam

No comments:

Post a Comment

 Candu ***      Aku berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Jam kerja shiftku sudah berakhir. Waktunya kembali ke rumah dan merebahkan punggu...