Friday, July 22, 2011

My Cerpen "Baikan, Please !?!

    
            “Cepat turunkan barang dari bus dan segera dirikan tendanya, ya !” perintah Kak udi setibanya di bumi perkemahan.
            “Ayo cepetan turunin barang kita !” seru Denisa pimpinan sangga Perintis 1 pada Bhybil, Nhana, Lifia, Ayu, Vani dan Yani teman satu sangganya.
            “Iya-iya.” Jawab Lifi dan Ayu kompak.
            Sementara itu di tempat terpisah,
            “Woey, ayo diangkat nich barangnya !” komando Rafael pimpinan sangga Pendobrak 8 pada Bisma, Morgan, Rangga, Ilham, Reza dan Dicky teman satu sangganya.           
            “Sabar dikit napa, Raf. Lo kira kita nggak capek apa.” Kata Rangga.
            Ya memang hari ini SMA Bakti Nusa tempat Denisa cs dan Rafael cs bersekolah sedang mengadakan kemah bakti untuk kelas X.
            ***
            Setelah semua barang diturunkan dari bus masing-masing, semua anak langsung sibuk mendirikan tenda mereka. Mereka bergotong royong satu sama lain.
            “Eh pagar kita mana ya?” tanya Vani.
            “Tau deh, kaykanya masih ada di tempat penurunanbarang deh.” Jawab Yani.
            “Oke, gue aja yang ambil.” Sahut Denisa.
            Lalu Denisa bergegas melangkah ke tempat penurunan barang.
            “Nah ini pagarnya.” Seru Denisa. Tapi saat dia akan mengambil tiba-tiba ada seseorang yang mengambilnya lebih dulu.
            “Ini punya sangga gue tau.” Kata Rafael.
            “Enak aja, ini tuh punya sangga gue. Jangan asal ngomong deh lo.” Balas Denisa.
            Maka terjadilah perebutan pagar antara Denisa dan Rafael. Tak ada satupun diantara keduanya yang mau mengalah.
            “Eh ini tuh punya sangga gue. Lihat deh namanya.” Kata seorang anak lain yang tiba-tia datang.
            “Ini tulisannya pendobrak 6.” Lanjut anak itu sambil menunjukkan tulisannya.
            Sontak Rafael dan Denisa saling bertatapan kaget.
            “Nis, ternyata pagarnya ada di bawah tikar jadi nggak kelihatan.” Seru Nhana dari kejauhan.        Tak lama berselang tiba-tiba ada yang berseru juga.
            “Raf, pagar kita ada di petak sangga sebelah.” Seru Bisma dari kejauhan.
            “Hahahaha.” Semua anak langsung tertawa, menertawakan peristiwa konyol antara Rafael dan Denisa.
            “Dasar cowok nyebelin !” seru Denisa pada Rafa.
            “Week.” Balas Rafa sambil menjulurkan lidah. Lalu mereka pun balik ke tempat asal mereka. Hehe.
            Ya seperti itulah Denisa dan Rafael, mereka sama-sama tidak suka satu sama lain. Tak hanya mereka berdua tapi juga kawan-kawan mereka. Pertengkaran dan ejekan selalu mewarnai hari-hari mereka di sekolah. Jika Denisa cs menganggap jika Rafael cs hanya cowok-cowok nyebelin sok kegantengan yang suka TP-TP alias tebar pesona ke semua cewek sebaliknya Rafael cs menaganggap Denisa cs cewek-cewek genit yang sok kecantikan.
            ***
            Sekitar pukul 12.00 WIB semua tenda sudah berdiri. Dan para murid pun diperkenankan untuk istirahat. Tak terkecuali Denisa cs. Kini mereka sedang berkumpul bersama di tenda mereka.
            “Gue kesel banget deh sama si Rafael. Bikin gue malu aja.” Kata Denisa.
            “Nggak Cuma lo kali, Nis. Dia juga pasti ,malu banget.” Sahut Bhybil.
            “Gimana kalo kita kerjain aja mereka. Gue jga sebel banget lihat tingkah mereka yang sok kegantengan itu.” Timpal Lifia.
            “Gue setuju, Lif. Tapi gimana caranya?” Sambung Ayu.
            “Gue ada ide. Gimana kalo kita kerjain pas hiking besok?” sahut Vina. Lalu yang lain pun langsung mendekat mendengarkan penjelasan Vina. Tapi sebenarnya saty ada diantara mereka  yang kurang setuju dengan rencana Vina. Ya, dia Nhana.
            ***
            Keesokan harinya matahari bersinar cerah, seolah juga ikut memberikan semangat pada anak-anak SMA Bakti Nusa untuk melakukan hiking pagi ini.
            “Setelah siap, segera menuju ke pelataran depan ya !” seru Kakak pembina.
            Semua anak langsung mempercepat persiapan mereka.
            Sementara itu di tenda sangga Perintis 1,
            “Gue buang sampah dulu ya, kayaknya udah penuh tuh.” Sahut Nhana.
            “Sip.” Jawab Denisa sambil mengacungkan jempol.
            Bergegas Nhana melangkah untuk mebuang sampah. Tapi saat ia melewati tenda Pendobrak 8 ia melihat Dicky sedang duduk-duduk di depan tenda. Tanpa sengaja mata mereka pun bertemu. Dan senyuman manis pun terukir di bibir mereka.
            Ya ampun Dicky manis banget sich, gumam Nhana sambil terus menatap Dicky.
            Si Nhana ramah banget, kok gue jadi cenat cenat lihat dia ya, bisik Dicky dalam hati.
            “Nhana cepetan !” seru Yani.
            “Oh iya, iya.” Jawab Nhana yang baru saja tersadar dari lamunannya.
            ***
            “Oke, siap ya buat step pertama.” Kata Vina memberi aba-aba, dan yang lain pun menjawab dengan acungan jempol.
            “Tenda mereka sepi deh. Kayaknya mereka lagi mandi atau kemana.” Kata Bhybil sambil mengawasi tenda Rafael cs.
            “Oke, ayo lancarkan aksi.” Kata Denisa.
            Mereka bertujuh pun langsung bergegas menuju ke tenda Rafael cs. Dengan sigap mereka segera menyembunyikan sepatu mereka. Ada yang di taruh di dalam tempat sampah, lalu di dalam kardus aqua mereka dan masih banyak lagi. Tapi Denisa cs hanya menyembunyikan sebelah sepatu Rafael cs tidak semua. Tapi ada satu yang tidak ikut menyembunyikan sepatu Rafael cs, yaitu Nhana. Dia merasa tidak tega. Entah merasa tidak tega pada Rafael cs atau hanya dengan Dicky. Entahlah.
            “Ok, beres. Ayo kita balik ke tenda. Pokoknya gue jamin mereka bakal dapat undian terakhir waktu hiking dan mereka bakal jadi yan paling belakang. Haha.” Kata Lifia.
            “Tapi kita harus rela jadi kelompok kedua dari belakang. Nggak apa-apa ya ntar kita balap yang lain ntar kalo nggak gitu kita nggak bisa balik tanda, dan cowok-cowok sok itu jadi mulus jalannya.” Timpal Ayu.
            “Okelah.” Kata mereka bersama-sama.
            “Rasain tuh mereka.” Sahut Vina. Lalu mereka pun tos bersama ala mereka.
            ***
            Kini saatnya kegiatan hiking dimulai. Banyak anak yang sudah berkumpul di pelataran depan basecamp pembina. Tapi seperti yang sudah direncanakan Denisa cs, anak-anak Pendobrak 8 alias Rafael cs kelabakan mencari sepatu mereka. Melihat semua itu tentu Denisa cs tertawa terbahak-bahak.
            “Lucu juga ya mereka. Haha.” Kata Denisa.
            “Iya, mereka berani sich sama kita-kita.” Sahut Vina.
            “Ya udah ayo kita turun ntar dimarahain pembina lagi.” Timpal Yani.
            “Ayok.” Jawab mereka kompak.
            Ya ampun kasihan Dicky, batin Nhana.
            “Lo kenapa, Nha?” tanya Bhybil.
            “Nggak apa-apa kok.” Jawab Nhana.
            “Kalo sakit bilang aja.” Timpal Lifia.
            “Nggak kok. Gue sehat.” Kata Nhana.
            ***
            Dan benar saja, kelompok Rafael cs menjadi kelompok terakhir dalam hiking. Dan seperti yang sudah direncanakan, Denisa cs menjadi kelompok kedua dari belakang alias berada di depan kelompok Rafael cs.
            Semua anak terlihat sangat gembira sekali. Mereka selalu bersendau gurau dan bernyanyi riang sepanjang perjalanan. Begitu juga dengan Denisa cs.
            “Eh ini belok ke kanan kan.” Seru Denisa di tengah perjalanan saat tiba di persimpangan jalan.
            “Iya tuh tandanya ke kanan.” Jawab Ayu.
            “Nah berarti ini saatnya. Kita puter tandanya ke kiri.” Sahut Vina sambil memutar tandanya.
            “Sip bagus.” Kata Lifia.
            “Ayo kita jalan lagi.” Ajak Bhybil.
            Duh kok sekarang aku jadi ngerasa kalo temen-temen itu jahat banget sama Rafael cs ya. Kan kasihan Dicky. Loh sebenernya gue kasihan sama semua atau  Dicky aja? Gumam Nhana.
            Mereka pun terus berjalan. Namun belum seberapa jauh, Nhana berhenti.
            “Emm, kawan kayaknya tadi uang gue jatuh deh di persimpangan jalan. Gue ambil dulu ya.” Kata Nhana.
            “Ya elah, Nha. Ya udah deh tapi jangan lama-lama. Cepetan !” jawab Denisa.
            “Oke deh.” Jawab Nhana. Lalu segera berlari ke persimpangan jalan yang tadi.
            Dan sungguh kebetulan ternyata Rafael cs belum melewati persimpangan itu.
            Kebetulan mereka belum lewat sini, gumam Nhana saat dia melihat Rafael cs dari kejauhan. Lalu Nhana segera memutar tandanya ke kanan seperti semula. Setelah itu ia kembali menuju ke kawan-kawannya.
            ***
            “Eh, kayaknya Rafael cs belum balik deh.” Kata Denisa setibanya kembali ke  bumi perkemahan.
            “Iya tuh.” Sahut Vina sambil celingak-celinguk di depan tenda.
            Lalu tak berapa lama kemudian,
            “Hai cewek-cewek genit.” Kata Reza saat melewati tenda Denisa cs.
            “Apa lo bilang?” sahut Vina.
            “Cewek genit.” Jawab Reza.
            “Nyebelin banget sich lo, sini gue hajar lo.” Kata Denisa.
            “Lo gue end !” kata Ilham. Lalu Rafael cs pun berlari balik ke tenda.
            “Eh kok mereka tepat waktu sich. Padahal kan seharusnya mereka kesasar. Aneh deh.” Kata Lifia.
            “Iya, emang siapa yang kasih tau mereka coba.” Timpal Yani.
            “Paling tandanya kena angin jadi belok lagi.” Sahut Nhana.
            “Iya kali. Gagal deh.” Sambung Denisa. Lalu mereka bersama-sama menepuk dahi mereka. Itu kebiasaan mereka kalo lagi gagal dalam sesuatu.
            “Eh, Nha kok lo nggak ikut?” kata Bhybil yang melihat Nhana tidak ikut ceremony mereka.
            “Oh iya sorry. Hehe.” Jawab Nhana lalu menepuk dahi.
            “Telat.” Kata yang lain bersama-sama.
            ***
            Malam tiba, kini saatnya acara api unggun dan pensi alias pentas seni. Semua anak sudah siap di pelataran basecamp pembina dan nampak kayu-kayu bakar juga teronggok di depan mereka.
            “Ayo semua duduk ya.” Kata Kak Budi mengawali. Semua anak duduk mengikuti komando.
            Setelah semua duduk, makan api pun segera dinyalakan. Dengan cepat api menyala diringin tepukan meriah dari anak-anak. Maka kehangatan pun menjalar ke tubuh mereka.
            “Baik, sekarang pentas seni ya. Untuk giliran pertama kami persilakan sangga Pendobrak 8 untuk unjuk gigi.” Kata Kak Budi lagi.
            Mendengar ucapan Kak Budi, Rafael cs pun langsung tersenyum menunjukkan gigi mereka masing-masing.
            “Yee, maju maksudnya.” Sambung Kak Budi.
            Lalu Rafael cs bergegas maju. Mereka akan mempersembahkan dance dan nyanyian alias mereka akan menjadi boyband. Lagu pun diputar dan mereka langsung memperagakan gerakan dance yang ciamik dan suara yang yahud. Sontak semua anak terutama yang cewek langsung histeris. Karena memang reputasi Rafael cs sebagai group cowok-cowok ganteng belum tergoyahkan di SMA Bakti Nusa.
            “Gitu aja histeris.” Kata Denisa.
            “Tau tuh, norak banget, biasa aja kali.” Timpal Vina.
            Malihat pemandangan seperti itu membuat Denisa cs jadi bete abis. Cuma Nhana yang nampak menikmati aksi Rafael cs. Jika dia bisa tentu dia juga akan histeris memanggil nama Dicky seperti anak-anak lain. Tapi tentu dia tidak bisa, kalau sampai dia melakukn itu tentu dia akan dibabat habis sama kawan-kawannya.
            “Kayaknya kita deh yang bakal jadi sangga terbaik untuk cowok.” Kata Morgan.
            “Iya donk, pastinya.” Sahut Dicky.
            “Iyalah soalnya kita kan nggak genit. Haha.” Timpal Bisma sambil menyindir Denisa cs yang tak jauh dari tempat mereka.
            “Heh lo pikir kita nggak bisa apa jadi sangga terbaik untuk cewek. Lihat aja nanti.” Seru Denisa geram.
            “Oh iya, wow.” Kata Morgan.
            “Bicara lagi gue cincang lo.” Sahut Vina sambil mengepalkan tangan.
            “Maknyuss.” Jawab Rangga. Lalu Rafael cs pun tertawa bersama melihat Denis cs yang bete abis plus darah tinggi.
            Denisa cs tentu naik darah mendengar perkataan Rafael cs. Tapi hanya Nhana yang sedari tadi lempar-lemparan senyum dengan Dicky. Bahkan sambil dha-dha juga, tapi sembunyi-sembunyi tentunya.
            ***
            Tiga hari berlalu. Sungguh terasa cepat, karena kegiatan di kemah kali ini seru sekali dan mengasyikkan. Tak akan bisa dilupakan pokoknya.
            Dan kali ini adalah pengumuman pemenang sangga terbaik. Ini adalah pengumuman yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua anak. Mereka harap-harap cemas menunggu pengumuman itu.
            “Baiklah anak-anak. Sebelum kita kembali ke sekolah kita tercinta. Maka kami akan mengumumkan sangga mana yang akan menjadi sangga terbaik. Langsung saja ya, yang menjadi sangga terbaik putra adalah sangga..........Pendobrak 8. Selamat.”
            “Yeee.” Sorak Rafael cs. Lalu mereka pun maju.
            “Kok mereka sich, di atas angin deh tuh cowok-cowok tengil.” Kata Denisa.
            “Iya tuh. Ngapain juga mereka yang menang.” Sahut Bhybil.
            “Nah sekarang giliran sangga terbaik putri. Dan sangga yang beruntung itu adalah..........Perintis 1. Selamat.”
            “Horeee.” Sorak Denisa cs. Lalu mereka pun maju dan berdiri di samping Rafael cs.
            “Ihh kok mereka sich.”bisik Rafael.”
            “Tau tuh, makin genit deh tuh cewek-cewek.” Sahut Bisma.
            “Apa lo lihat-lihat? Naksir?.” Kata Denisa pada Rafael.
            “Idih ge-er banget sich. Orang mata juga mata gue.” Jawab Rafael.
            “Week.” Ejek  Vina pada Rafael cs sambil menjulurkan lidah.
            “Ngapain lo pamer lidah?” balas Rangga.
            “Ihh nyebelin banget sich.” Kata Bhybil.
            ***
            Setelah pengumuman selesai, maka semua anak segera kembali ke tenda dan bergegas membereskan tenda.
            Setengah jam berlalu. Semua tenda telah dibereskan dan kini mereka tinggal menunggu bus yang akan membawa mereka kembali ke sekolah tercinta.
            “Eh si Nhana mana sich? Kok semenjak tenda dibubarin tadi dia ngilang?” tanya Denisa sambi mencari Nhana.
            “Iya kemana tuh anak.” Sahut Yani.
            “Cari yuk, sekalin jalan-jalan untuk yang terakhir kali.” Usul Ayu. Yang lain pun langsung menyetujui usul Ayu dan mereka bergegas mencari Nhana.
            Di tempat terpisah,
            “Si Dicky kemana, Raf?” tanya Morgan.
            “Iya, tuh anak ngilang semenjak tenda dibubarin tadi.” Timpal Ilham.
            “Cari aja deh. Yuk” ajak Rafael.
            ***
            Rafael cs dan Denisa cs sama-sama mencari salah satu teman mereka yang tiba-tiba ngilang. Dan akhirnya mereka ketemu di tengah jalan.
            “Ngapain lo? Mau ngecengin kita?” kata Rafael.
            “Heh sorry ya, jangan ge-er deh. ” Balas Denisa.
            “Jangan-jangan lo yang mau godain kita?” timpal Vina.
            “Woe jaga tuh omongan lo. Kita mau Dicky bukan godain lo-lo pada.” Kata Reza.
            “Kita juga mau cari Nhana.” Kata Bhybil.
            “Itu kan mereka?” sahut Morgan sambil nunjuk ke suatu arah.
            “Iya itu kan Dicky. Ngapain lagi tuh anak mesra-mesaraan sama tuh cewek.” Kata Rafael.
            “Samperin.” Ajak Denisa.
            “Heh Dick, ngapain lo sama nih cewek? Mojok?” todong Rafael.
            “Hah kalian...emm gue.....gue.” jawab Dicky gugup.
            “Nha, jelasin ke kita,” sahut Denisa.
            “Sorry ya kawan selama ini gue itu ada perasaan sama Dicky. Sorry kalo gue ngekhianatin kalian.” Jawab Nhana.
            “Wah nggak prend lo.” Timpal Lifia.
            “Gue juga minta maaf ya, gue sebenernya suka sama Nhana.” Kata Dicky.
            “Parah lo.” Sahut Bisma.
            “Begini deh, mending kalian maafan aja. Ngapain sich berantem terus cape tau. Dosa lagi.” Kata Nhana.
            “Mereka dulu donk yang minta maaf.” Jawab Denisa.
            “Enak aja, kalian dulu donk.” Balas Rafael.
            “Udah deh tinggal maafan aja susah. Ayo kalian ulurin tangan kalian. Cepet.” Perintah Dicky.
            Sebenarnya mereka semua heran tapi mereka nurut aja.
            “Nah kalo udah, sekarang salaman. Terus bilang maaf sama-sama.” Lanjut Dicky.
            Merekapun salaman dan bersama-sama bilang maaf.
            “Nah gitu donk. Sekarang udah nggak berantem lagi kan?” tanya Nhana.
            “Iya deh, gue juga capek musuhan mulu.” Jawab Denisa.
            “Kita juga.” Kata Rafael.
            “Sip deh, kalo gitu sekarang kita plend. Ok?” sahut Bisma.
            “Oke.” Jawab mereka serempak.
            “Yang udah jadian PJ donk.” Kata Denisa.
            “Iya nich.” Timpal Morgan.
            “Kapan-kapan deh.” Kata Dicky.
            “Yee kapan-kapan itu kapan?” tanya Rafael. Lalu Bisma, Morgan, Rangga, Reza, Rafael dan Ilham bergantian menoyor kepala Dicky. Benjol deh tuh pasti.

No comments:

Post a Comment

 Candu ***      Aku berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Jam kerja shiftku sudah berakhir. Waktunya kembali ke rumah dan merebahkan punggu...